Rabu, 06 Juli 2011

Poetry for Xi One....

Judul: Perpisahan

Kawan ku,
Jika ada saudaraku yang lain diantara kakak dan adikku itu pastilah kau

Saudara ku
Kita sama menyusuri ombak kecil jikala pasang
Berpanas ceria dikala terik

Sahabat ku
Kita mungkin saja pernah menghempas tangis berdua
Bertindih susah bersama-sama
Bermandi keringat tanpa jeda
Tapi aku tak kan bisa gembira tampamu di tanah baru nanti

Sahabat ku
Akan tiada lagi kita berdebat soal bulan
Tak akan pernah lagi berlomba memacu perahu
di tanah baru mungkin akan gersang tampamu

Sahabat ku
Percayalah perpisahan ini tidak membawa senang padaku
Namun ini harus kujalani
Namun kelak kita kan bersua lagi, dengan mengulang kisah-kisah kita kini.

Selasa, 24 Mei 2011

Makalah Sejarah Tentang Peristiwa Merah Putih Di Tolitoli


Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah Sejarah yang berjudul “Peristiwa Merah Putih di Tolitoli”dapat diselesaikan dengan tepat waktu.kami dari penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih kepada guru bidang studi yang telah memberi bimbingan serta semua pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang perjuangan para pahlawan-pahlawan yang ada di kabupaten Tolitoli ini dalam bertahan dan mengusir para Penjajah dari kabupaten Tolitoli.



                                                                                  Penyusun
         











Daftar Isi
Kata Pengantar                              i
Daftar isi                                  ii
Bab I
    Pendahuluan
Bab II
    Pembahasan
A. Kerajaan Tolitoli setelah kedatangan                                                         Belanda                          
v   Pemberontakan Salumpaga        

B. Kerajaan Tolitoli setelah kedatangan                Jepang                                 
v  Pemberontakan Malomba
    Bab III
            Penutup                         

Daftar Pustaka                             













Bab I    
Pendahuluan

A.   Latar Belakang
Nama Tolitoli berasal dari kata Totolu yang berarti tiga. Bangsa Tolitoli berasal dari 3 manusia kahyangan yang menjelma ke bumi melalui Olisan Bulan (Bambu Emas), Bumbung Lanjat (Puncak Pohon Langsat) dan Ue Saka (Sejenis Rotan). Jelmaan Olisan Bulan dikenal sebagai Tau Dei Baolan atau Tamadika Baolan yang menjelma melalui Ue Saka yang dikenal sebagai Tau Dei Galang atau Tamadika Dei Galang. Sedangkan seorang putri yang menjelma sebagai Bumbung Lanjat dikenal sebagai Boki Bulan.
Kemudian nama Totolu berubah menjadi tontoli sebagaimana tertulis dalam Lange-Contrack 5 Juli 1858 yang ditandatangi pihak Belanda antara Dirk Francois dengan Raja Bantilan Syaifuddin. Tahun 1918 berubah menjadi Tolitoli seperti terlihat dalam penulisan Korte Verklaring yang ditandatangani Raja Haji Mohammad Ali dengan pemerintah Belanda yang berpusat di Nalu.
Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah Bahasa Geiga. Bahasa ini menurut Ahli Bahasa AC. Kruyt dan DR. Adriani termasuk dalam kelompok Bahasa Tomini yang tersebar antara Desa Towera di daerah Kabupaten Donggala sampai dengan Desa Molosipat di perbatasan Gorontalo.
B.   Pokok Permasalahan
ü Keadaan Kabupaten Tolitoli setelah kedatangan Para Penjajah
ü Peristiwa-peristiwa Merah putih yang terjadi di Kabupaten Tolitoli
ü Pahlawan-pahlawan yang ikut serta dalam peristiwa merah putih di Kabupaten Tolitoli
ü Tempat terjadinya peristiwa Merah-putih di Kabupaten Tolitoli
C.   Tujuan
Tujuan disusunnya Makalah ini yaitu sebagai tugas kelompok dari guru,serta sebagai sarana informasi untuk mengetahui perjuangan para Pahlawan dalam mengusir para penjajah




 Bab II                               Isi

A.   KERAJAAN TOLITOLI SETELAH KEDATANGAN BELANDA
Menurut sejarah,orang belanda yang pertama kali menginjakkan kakinya diwilayah kerajaan tolitoli adalah piet broogh di tahun 1856 yang pada waktu itu kerajaan tolitoli dipegang oleh raja bantilan syafiudin yang sudah diangkat “adat”
          Pada mulanya raja bantilan syafiuddin dalam menghadapi kedatangan belanda senantiasa menunjukkan sikap tidak bersahabat karena pada dasarnya Raja merasa tidak rela atas kehadiran bangsa belanda dalam kerajaannya sebab merasa akan mengadakan penjajahan terhadap rakyatnya.Namun bujuk rayu belanda terhadap Raja terus dilakukan dalam setiap kesempatan,sehingga dua tahun kemudian Belanda berhasil menciptakan suasana bersahabatyang dilanjutkan dengapada tanggal penandatanganan lange contract (kontrak panjang) pada tanggal 5 Juli 1858 antara dirk Francois dari pihak Belanda dan Raja Bantilan Syafiudin.
          Dalam masa pemerintah Raja Bantilan Syafiudin ini,pemerintahan boleh dikatakan berjalan baik seuai dengan keadaan pada waktu itu.Rakyat dianjurkan untuk berladang dan menanam pohon kelapa.Hubungan dagang dengan pihak luar sering juga terjadi walaupun hanya melalui/mempergunakan peerahu layar yang datang dari Makassar dan ternate serta lain-lain daerah dengan maksud berdagang yang diselingi  dengan pekerjaan  Dakwah mengerjakan agama islam pasa waktu itu

v PEMBERONTAKAN DI SALUMPAGA
          Pemberontakan rakyat tolitoli di desa salumpaga yang terkenal itu dan tercatat dalam lembaran sejarah perjuangan nasional kita,terjadi disaat pemerintahan Raja Haji Muhammad ali Bantilanyang lebih dikenal dengan panggilan MOGI HAJI ALI,memegang tumpuk pimpinan kerajaan yang pada waktu itu berkedudukan dikampung Nalu.Sedangkan adiknya yakni Haji Muhammad Saleh Bantilan ditunjuk sebagai kepala distrik utara yang berkedudukan di Santigi.Pemerintahan Belanda di Tolitoli waktu itu dipegang oleh Controleur J.P. de Kat Angelino.
          Pemerintahan tetap berjalan sebagaimana mestinya,rakyat bekerja kerja Rodi sesuai pengaturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah belanda dimana ssetiap kampong diadakan kerja rodi secara bergilir.pada saat itu kira-kira 14 hari (2 minggu)lagi bulan puasa,maka tibalah giliran rakyat Salumpaga untuk kerja Rodi di Tolitoli yang sekarang bernama Tanjung Beringin Tolitoli. Belanda
          Pekerjaan kerja rodi tersebut akan mereka selesaikan sesuai dengan borongan waktu empat belas hari lamanya,tetapi setelah mendekati Bulan Puasa pekerjaan itu belum juga selesaai,maka rakyat salumpaga mengajukan permintaan kepada Controleur J.P. de Kat Angelino melalui Raja,agar kerja Rodi bisa ditangguhkan dahulu dan akan bekerja setelah selesai bulan puasa.







Gambar
Pembatas yang dibuat para pekerja kerja Rodi
          Raja Haji Mohammad ali Bantilan sangat memahami permintaan rakyat Salumpaga tersebut karena ditinjau dari segi kemanusiaan apalagi dari sudut agama islam tidakpada tempatnya melakukan kerja paksa di bulan puasa sebagai bulan suci yang dimuliakan oleh umat islam.Perundingan antara raja dengan pihak belanda Controleur J.P. de Kat Angelino berjalan selama tiga hari dimana dalam perundingan tersebut pihak Raja berusaha memperjuangkan permohonan rakyat Salumpaga,sedangkan dilain pihak Controleur J.P. de Kat Angelino tetap bertahan dengan ketentuan dan penggarisan dari pemerintah Hindia Belanda.akhirnya perundingan ini menjadi buntu dan diakhiri dengan kepetusan dari pihak belanda yang diucapkan oleh Controleur J.P. de Kat Angelino bahwa demi Ratu Belanda kerja paksa rakyat salumpaga tetap dilaksanakan.
          Karena permohonan rakyat salumpaga tidak berhasil maka mereka menunggu sampai dekat puasa,kemudian mereka pulang kesalumpaga untuk menjalanlkan ibadah puasa.Rakyat yang kembali kesalumpaga tersebut melewati kampong Galumpang,kapas,Lingadan,Santigi,Laulalang dan sekaligus memberitahukan rencana pemberontakan terhadap belanda.
          Akhirnya Controleur J.P. de Kat Angelino segera menyiapkan rombongan untuk untuk berangkat kesalumpaga yang terdiri dari :
1.     Controleur J.P. de Kat Angelino
2.     Raja Haji Mohammad Bantilan
3.     Jaksa Singko
4.     Opas Raja dua orang yaitu Fajar dan Sumaila
5.     Enam orang Gewapende polisi
6.     Seorang juru tulis

Rombongan dari tolitoli itu tiba di Salumpaga sudah masuk bulan puasa yakni dua hari bulan ramadhan 1339 Hijriah ataiu tanggal 5 Juni 1919 kedatangan mereka langsung disambut dengan amukan pemberontakan rakyat salumpaga yang dipimpin oleh HAJI HAYUN,kombang bersama kawan-kawannya yang terdiri dari:
Otto,Hasan,jakaria,kampaeng,Djali,Jude,Abdul Mutalib,Abdul Karim, Marus,Murid,suebun,Landugau,Lagesa,Halika,Indala,Lamesang,Intio,Lamara,Kambi,Sikuri,Rabil,Tanaa,Dun,Labucu,Hamesa dan Lahuseng.

          Pemberontakan cukup hebat sehingga sulit dipadamkan karena rakyat yang memberontak merupakan gabungan dari rakyat Salumpaga, Galumpang, kapas, Lingadan,Santigi dan Laulalang sehingga rombongan dari tolitoli itu hampir semuanya terbunuh

          Rombongan kedua pihak penjajah datang ke Salumpaga sudah bersama-sama dengan satu pasukan Polisi Belanda yang sengaja didatangkan dari donggala sebagai bala bantuan bersama dengan Raja Banawa.Namaun demikian rombongan ini berada di bawah pimpinan Raja Muda Tegelan yaitu saudara sepupu Raja Haji Mohammad Ali Bantilan.Secara keseluruhan rombongan terdiri dari :
1.     Raja muda Tegelan
2.     Raja Banawa (Donggala)
3.     Mohammad Sirajuddin (Kapitalau)
4.     Jogugu Busuna
5.     Jena – kepala kampung Kalangkangan
6.     Horu dan Impoungu.
7.     80 (delapan puluh) Polisi belanda
Rombongan ini menumpang kapal laut menuju Salumpaga maka rombongan pertama turun kedarat hanya 4 (empat) orang saja yang terdiri dari Raja Muda Tegelan,Jogugu Busuna,Horu dan Jena.
Setelah haji hayun dan Kombung melihat yang turun adalah raja Tagelan maka pimpinan pemberontak tersebut langsung mengisyaratkan kepada seluruh kawan-kawannya agar melepaskan senjatanya karena yang datang adalah keluarga raja.Akhirnya setelah keadaan didarat aman barulah rombongan lainnya turun dari kapal dan situasi ini dimanfaatkan oleh polisi Belanda untuk menangkap Haji hayun,Kombung dan seluruh kawan-kawannya.Selanjutnya mereka dibawa dengan kapal ke Tolitoli untuk diadakan pemeriksaan oleh pihak kepolisian Belanda dan Kejaksaan.
  Peristiwa SALUMPAGA ini merupakan salah satu kegigihan dan kepahlawanan dari bangsa kita untuk mengusir penjajah.Masuk dalam sejarah nasional Indonesia dan terkenal dengan pemberontakan Tolioli.Sebagai penghormatan atas pengorbanan para pahlawan bangsa tersebut,setiap orang dikabupaten Toitoli tak akan lupa dan bahkan baik nama salumpaga.Haji HAYUN sendiri yang merupakan pimpinan rakyat,kini diabadikan untuk sebuah lapangan : LAPANGAN HAJI HAYUN.
         























 B.  KERAJAAN TOLITOLI SETELAH KEDATANGAN JEPANG

          Dengan mempergunakan kapal motor laut pada tanggal 20 Mei 1942 mendaratlah satu kompi Tentara jepang di tolitoli dengan komandannya Myamoto dan komandan Miyake.
          Waarnemend Matata Daeng Masese (Muhammad Putera dari Haji Abdul Aziz) langsung ditangkap karena dituduh merobek bendera Jepang,dibawa ke Manado dan meninggal dalam Interniran di Kota tersebut.Demoikian pula dengan anggota polisi yang ada,semuanya ditahan dan setelah berjanji mau bekerja sama dengan pihak jepang mereka dilepaskan kembali.

          Setelah kurang dari 3 bulan mengadakan pengamanan,barulah pihak Jepang mengatur pemerintahan sipil yang dipimpin oleh seorang BUNKEN KANRIKAN (setingkat Wedana) yang bernama Awazu.Pemerintahan setingkat kawedanan tersebut berlangsung kurang lebih 1  tahun,kemudian naik setingkat sehingga statusnya menjadi KEN KANKARIKAN yang dipegang oleh Imaki.Tentara Jepang yang tadinya yang tadinya dari angkatan Darat (Rikugun) dengan meningkatnya status pemerintahan tersebut digantikan oleh Kai Gun (Angkatan laut).Dalam kegiatan ini pelabuhan tolitoli akhirnya menjadi pangkalan dimana pernah berkumpul sekitar 10 buah pesawat anphibi jenis Catalina ataupun Dornier di perairan Tolitoli.
         
          Pada awal tahun 1943 Buco Kumontoi dan Buco Ali Mardani telah menyebarkan berita bahwa kapal selam Amerika yang membawa senjata telah memasuki perairan Tolitoli.Berdasarkan berita itulah kemudian pihak Jepang menuduh Raja haji Mohammad Saleh Bantilan serrta tokoh-tokoh Masyarakat lainnya sebagai mata-mata sekutu dengan dalih menyimpan senjata yang diperroleh dari kapal selam Amerika yang sesungguhnya hanya fitnah belaka.
         
          Akhirnya pada tanggal 9 Februari 1943 mereka semua dipenjarakan bersama masyarakat toliitoli yang mencapai hampir 700 orang ditangsi polisi sekarang ini.Setelah 12 hari disekap,sebagian besar dibebaskan dan tinggal kurang lebih 100 orang saja yang tersisa,yang terdiri dari Raja dan tokoh-tokoh masyarakat lain.Mereka dianggap berbahaya dan dipenjara selama tiga bulan lamany.
         
          Sebnagaimana ditempat-tempat lain,maka mereka yang dipenjara oleh Jepang tersebut mendapat siksaan-siksaan berat sehingga beberapa tokoh masyarakat memperlihatkan tanda-tanda akan melawan.Melihat gelagat ini pihak Jepang lebih meningkatkan penyiksaan sehingga beberapa masyarakat meninggal antara lain :
1.     Mohammad Nasir
2.     Dullah Haji Husin
3.     Larasa
4.     Hanjala
Setelah itu raja beserta masyarakat lainnya yang tersisa kemudian dipindahkan kepenjara di Manado.

Para tawanan yang dipindahkan ke Manado dipenjarakan Oleh pihak jepang di bawah tanah dan kembali mendapatkan siksaan-siksaan yang cukup berat,antara lain ditanam dipantai sampai batas leher.

Dalam pekembangan selanjutnya,ternyata Buco Kumontoi dan Buco Ali Mardani dapat ditangkap oleh jepang di Tinabogan karena terbukti mereka adalah mata- mata sekutu.Setelah itu mereka dibawa ke Manado dan disiksa jepang hingga meninggal dunia.Kemuddian Raja Haji Mohammad Saleh Bantilan beserta tokoh-tokoh masyarakat lainnya dibebaskan dari penjara dan diperkenankan kembali lagi ke Tolitoli.Dalam priode di penjara tersebut,seorang tokoh yakni Abdul Muin Bantilan meninggal dipenjara.

v PEMBERONTAKAN MALOMBA
Pejabat Pemerintahan Jepang di Tolitoli waktu itu dipegang oleh Imaki Ken Kanrikan.kemudian awal bulan Juli 1945 seorang rakyat bernama Tantong Madayuni menyebarkan berita dari Tarakan Kalimantan bahwa jepang sudah bertekuk lutut,yang berarti sudah tidak berkuasa lagi di Indonesia.

Walaupun Jepang masih kuat dan berkuasa di Tolitoli,namun karena Jepang sudah bertekuk lutut pada sekutu,Tantong Madayuni beserta teman-temannya merencanakan pemberontakan terhadap Jepang.Gerakan dibawah tanah ini mendapat sambbutan ddari kepala kampong setempat yang bernama Logorodi.

Gerakan ini mulai mengadakan aksinya antara lain mencoba menangkap Polisi Jepang yang sedang bertugas di malomba yaitu Josh Paslah,Kere,dan Manoppo.dari ketiga orang polisi jepang tersebut Josh Paslah,sempat diikat namun berhasil melarikan diri ke Tolitoli dan melaporkan kejadian tersebut kepada Imaki Ken Kanrikan.Adapun Manoppo melarikan diri ke Tarakan sedangkan Kere lari kejurusan Bambapula tapi akhirnya mati dibunuh rakyat disana.
Sesudah ada laporan tentang peristiwa tersebut,pihak Jepang segera menyiapkan rombongan ke Malomba yang terdiri dari :
1.     Imaki Ken Kanrikan
2.     Raja Haji Mohammad Saleh Bantilan
3.     Kepala Polisi Jepang
4.     Buco Makalo serta beberapa anggota Polisi Jepang

Rombongan ini menaiki perahu dan tiba di Malala kemudian ke Tinabogan,dari Tinabogan Rombongan Jepang tersebut bersama-sama Kepala Distrik Selatan Haji Ibrahim Nangga menuju desa Malomba.Setelah sampai di Malomba,rombongaan tersebut langsung berhadap-hadapan deengan para pemberontak yang pada saat itu belum ada tanda-tanda melakukan gerakan karena telah diisyaratkan oleh Raja supaya rakyat tetap berada ditempat masing-masing.

Gambar
Lokasi tempat terjadinya pemberontakan malomba serta pembantaian Imaki Ken Karikan
(sekarang)
Namun karena Buco Makalo melepaskan tembakan keatas sebagai isyarat aman namun hal itu ditanggapi lain oleh rakyat,terjadi salah paham,sehingga langsung menyebabkan partumpahan darah dengan terbunuhnya Imaki Ken Karikan oleh pemberontak yang bernama Lanoni.Adapun mereka yang tergabung dalam pemberontakan itu antara lain :
Tantong Madayuni,Lanoni,Nursin,Bebelan,Mangi Talib,Radjaili, Jafar, Baula, Lasaenong, Taniangka, Haji Hamzah,Amat,Baco Lena, Abdul wahab, Usman, Adam Labudu,dan Daeng Marencong.

Peristiwa Malomba ini terjadi pada tanggal 18 Juli 1945 yakni sebelum Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.Dalam pemberontakan ini Tantong Madayuni sempat melarikan diri sedangkan teman-temannya langsung dibawa ke Tolitolidi mana mereka sekitar 13 orang ditembak mati di kaki gunung panasakan.Pihak jepang memang meengerahkan seluruh kekuatannya baik yang polisi maupun militer,semua kekuatan yang ada di Tolitoli dikerahkan untuk menumpas pemberontakan tersebut.

Gambar
Tugu “LANONI”  salah satu wujud terimakasih masyarakat kepada LANONI yaitu salah seorang pemberontak pada peristiwa MALOMBA
Peristiwa Malomba maupun hukum-matinya  pahlawan-pahlawan itu oleh piha Jepang,bukannya menjadikan rakyat takut,tapi malahan kebalikannya justru rakyat semakin berani mengadakan gerakan dibawah tanah,yang pada akhirnya Jepang yang masih ada sempat mereka penjarakan di Tolitoli.Setelah proklamasi kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 secara beangsur-angsur orang-orang Jepang tersebut meninggalkan Tolitoli.













Penutup
A.  Kesimpulan
Perlawanan terhadap penjajah telah dimulai pada tahun 1856 di kabupaten tolitoli,diantaranya pemberontakan Salumpaga dan Pemberontakan Malomba.Pemberontakan ini dilakukan para pahlawan di Tolitoli sebagai bukti bahwa warga Kabupaten Buol Tolitoli (saat itu)ingin merdeka dari para penjajah.banyak korban yang telah berjatuhan salah satunya yaitu Muhammad Nasir.Pahlawan yang telah berjuang dalam upaya mengusir para penjajah antara lain Haji Hayun dan Lanoni.Namun dari semua perjuangan dan pengorbanan tersebut akhirnya Tolitoli bebas dari Penjajah.

B.   Saran
Saran dari penyusun yaitu masyarakat kabupaten Tolitoli lebih menjaga peninggalan dan jejak-jejak sejarah yang ada di kabupaten Tolitoli.Selain itu Penyediaan buku-buku,arsip-arsip,serta dokumen-dokumen yang berisi tentang sejarah perjuangan dan pembentukan kabupaten Tolitoli dapat diperbanyak dan dijaga agar semua masyarakat mengetahui sejarah Kabupaten Tolitoli














Daftar Pustaka

Soedarmadji Tjoek,1985.mengenal Buol Tolitoli.Tolitoli:Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Buol Tolitoli
www.Google.com.2011.Sejarah Kabu

Penghuni Xi One

  • Ahmad rizki                                                    
  • Arsil
  • Moh. Sabir
  • Moh.Irfan
  • Moh. Reza
  • Moh. Yusuf
  • Panji (The Leader)
  • Ridwan Farouk Yunus
  • Sarjono
  • Sudirman
  • Zaid Mahfudz
  • Almaratun Mutmainnah
  • Deviani
  • Dinda Amalia
  • Febriana
  • Fitri
  • Mariani
  • Mailinda
  • Neneng Rukmana
  • Nurafni
  • Nurhikmah
  • Nurjannah
  • Nurlia
  • Nurul Fadilah
  • Nurul Kholidah
  • Puput Melati
  • Radiatan Mardia
  • Risnawati
  • Siti Hadjar
  • Siti Hudzaifah
  • Ulfi
  • Winarti